Wednesday, November 26, 2014

EKONOMI (DEFINISI MANAJEMEN, FUNGSI MANAJEMEN, TINGKATAN MANAJEMEN, PERENCANAAN TAKTIS VS PERENCANAAN STRATEGIS, dan GAYA KEPEMIMPINAN)



MANAJEMEN
    
     Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno yakni menagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki arti yang mapan dan diterima secara universal. Kondisi tersebut mondorong beberapa ekonomi mencoba mendefinisikan manajemen, diantaranya Mary Parker Follet dan Ricky Griffin.
Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Ricky Griffin mendefinisikan manejemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengoganisasian, pengkoorganisasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.

FUNGSI MANAJEMEN

1.     Perencanaan
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber daya yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk mencapai tujuan itu.

2.    Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengaturan sumber daya peusahaan, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lain, secara konsisten sesuai dengan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan melaui fungsi perencanaan.

3.    Pengarahan
Pengarahan adalah kegiatan yang khususnya ditunjukan untuk mengarahkan bawahanya agar mau bekerja secara efektif dan efisien dalam rangka tujuan organisasi.

4.    Koorganisasi
Koorganisasi adalah fungsi manajemen yang berfungsi untuk menciptakan suatu komunikasi dan kesesuainnya dari berbagai kepentingan dan perbedaan sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik.

5.    Pengawasan
Pengawasan merupakan tindakan seorang manjer untuk menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pengawasan adalah untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, dan kegiatan yang tidak sesuai rencana.


TINGKATAN MANAJER

Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer dikelompokkan dalam manajer lini pertama, manajer tingkat menengah, dan manajer puncak.

1.     Manajer lini pertama merupakan manajer tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut manajer produksi, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor.

2.    Manajer tingkat menengah mencakup semua manajer yang berada diantara manajer lini pertama dan manajer puncak yang bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah diantaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, dan manajer divisi.

3.    Manajer puncak dikenal dengan istilah executive officer. Manajer puncak bertugas merecanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Conoh manajer puncak adalah CEO (Chief Executive Officer) , CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).

PERENCANAAN TAKTIS VS PERENCANAAN STRATEGIS

1.     Perencanaan Taktis adalah rencana bersekala lebih kecil dan berjangka waktu satu atau dua tahun yang konsisten dengan rencana strategis. Misalnya rencana strategi perusahaan meningkatkan pangsa pasar menjadi sebesar 30%, untuk mencapainya dijalankanlah rencana taktis berupa pencarian wilayah-wilayah tertentu dimana tidak terdapat persaingan ketat dengan pesaing.

2.    Perencanaan Strategis adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakuka proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun kedepan.

GAYA KEPEMIMPINAN

Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain:
1.     Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih  baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

2.    Gaya Kepemimpinan Menurut Likert Likert
mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
a. Sistem Otoriter-Eksploitatif Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke  bawah (top-down).
b. Sistem Benevolent-Authoritative Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
c.  Sistem Konsultatif Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan  balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
d.  Sistem Partisipatif Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.

3.    Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak  perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan  bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
a.    Gaya Kepemimpinan Diktator Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
b.    Gaya Kepemimpinan Autokratis Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun  bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
c.    Gaya Kepemimpinan Demokratis Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
d.    Gaya Kepemimpinan Santai Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada  bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

4.    Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
a. Direktif Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
b.    Suportif Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
c.  Parsitipatif Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka  pengambilan sebuah keputusan.
d. Berorientasi Tujuan Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)

5.    Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
a.   Instruksi Tinggi tugas dan rendah hubungan Komunikasi sejarah Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifikserta mengawasi dengan ketat
b. Konsultasi Tinggi tugas dan tinggi hubungan Komunikasi dua arah Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar
c. Parsitipatif Tinggi hubungan rendah tugas Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan
d.  Delegasi Rendah hubungan dan rendah tugas Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan

6.    Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.

a.    Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·     Wewenang mutlak berada pada pimpinan
·     Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
·     Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
·     Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
·    Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
·     Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
· Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
·  Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
·    Lebih banyak kritik daripada pujian
·    Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
·    Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
·    Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
·   Kasar dalam bersikap
·  Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan

b.    Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia  bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Wewenang pimpinan tidak mutlak
·         Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
·         Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
·     Komunikasi Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama

c.    Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar  bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
·         Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
·         Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
·         Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
·         Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
·         Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
·         Prakarsa selalu berasal dari bawahan
·         Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
·         Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
·         Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
·         Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan g)


d.    Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:
1.)   Otoriter Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan. Menggunakan kekuasaan  posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
2.)  Demokratis Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3.)  Partisipatif Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok.
4.)  Bebas Tindak Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.


Referensi : 
Mardiyatmo.Ekonomi(SMA kelas XII).Jakarta:Yudhistira,2011

No comments:

Post a Comment